15.2.07

I CHING (KITAB PERUBAHAN) - II

Kitab Kuno Sumber Inspirasi Ilmu-ilmu China, Seperti Apa Isinya?

Oleh: Suhu Tan


Zhou Yi, Kitab tentang hakekat perubahan di zaman Dinasti Zhou, seiring perjalanan waktu akhirnya menga
lami perubahan nama. Kemudian menjadi populer dengan sebutan Yi Jing ( baca: I Ching )

Sesuai dengan namanya, kitab ini memuat pelajaran tentang metafisika perubahan. Bahwa segala hal yang tercipta yang terkondisikan dengan jelas maupun yang tersamarkan kondisinya tak ada yang luput dari perubahan. Setiap aksi akan mendatangkan reaksi dan dari reaksi yang muncul pasti akan memunculkan kembali aksi yang baru. Dengan adanya kondisi aksi reaksi seperti ini maka terjadilah perubahan demi perubahan yang terus bersiklus tak pernah berhenti. Tercapainya suatu kondisi yang membuat berhentinya proses perubahan, inilah yang dinamakan sebagai pencapaian pencerahan abadi atau berakhirnya segala fenomena. Suatu kondisi yang mungkin terjadi tapi entah kapan fakta riilnya.

Berdasarkan konsep penghayatan Yin Yang, selalu saja ada hal antagonis didalam kehidupan ini. Ada panas pasti ada dingin. Ada keras ada lembut, ada siang ada malam, ada yang tidak takut pasti akan kita temui mereka yang takut. Karena adanya sesuatu yang enak maka akan memunculkan juga hal yang tidak enak. Kenyamanan baru bisa kita rasakan bila sebelumnya kita sudah merasakan tentang hal yang tidak nyaman. Bila seumur hidup kita tidak pernah tahu sesuatu yang tidak nyaman itu seperti apa, bagaimana mungkin kita bisa tahu rasa nyaman itu kayak apa. Ada sehat ada sakit, ada optimisme tentu ada pula pesimisme. Ada yang bergerak pasti ada yang tidak bergerak.

Dari logika pemikiran tersebut , berarti akan muncul jalur pemikiran yang menyimpulkan bahwa ; dengan adanya perubahan pasti ada suatu kondisi yang tidak berubah. Apa itu yang tidak berubah? Jawabnya cuma satu, yaitu Hukum Perubahan itu sendiri. Seperti matahari yang selalu terbit di timur dan tenggelam di barat, muncul setiap pagi hari dan tenggelam di sore hari. Begitu juga dengan fenomena alam lainnya. Semua terus berulang-ulang dalam siklus yang tetap dan terprediksikan alur pergerakannya (perubahannya). Ini dimungkinkan terjadi karena adanya Hukum Perubahan yang tetap, dari dulu sampai sekarang hukumnya tetap sama tak pernah berubah. Dengan adanya hukum yang tetap / abadi (tidak pernah berubah) akan hakekat dari Perubahan, maka Perubahan itu bukanlah sesuatu yang unpredictable, semuanya menjadi suatu fenomena yang bisa kita prediksikan.

Nah, adanya Hukum Perubahan yang tetap seperti inilah yang dipakai oleh Fu Xi (2953 - 2838 SM) sebagai dasar pemikiran bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti, tidak ada yang tidak berubah. Semua berderap dalam proses perubahan, tiada yang luput dari perubahan, tiada yang tidak akan berubah.

Dan perubahan itu sendiri adalah sesuatu yang berproses, bergerak dari momen ke momen, tidak ada yang langsung instan atau serba mendadak. Kalau saja kita mau cermat mengamati fenomenanya maka perubahan yang akan terjadi, seperti apapun bentuk dan wujudnya adalah sesuatu yang sesungguhnya bisa kita antisipasi.

Segala apa yang akan terjadi ( perubahan yang muncul ), di dalam logika penghayatan I Ching tidak ada yang tidak bisa diprediksikan karena semuanya bergerak dalam alur proses yang didasari oleh hukum yang tetap. Hukum yang bisa dihitung dan dijabarkan secara matematis. Cuma memang ukuran matematisnya agak unik, bukan perpaduan angka tapi matematis tentang kombinasi dan transformasi elemen.

Filsafat Perubahan I Ching, yang dicanangkan Fu Xi sejak hampir 5.000 tahun yang lalu, membeberkan secara detail tentang proses dari setiap perubahan. Baik perubahan alam maupun perubahan yang disebabkan karena aksi manusia. Apapun yang kita lakukan sekarang ini (sebab) pasti akan membuahkan reaksi (akibat) yang masuk ke dalam alur hidup kita. Seperti apa reaksi yang kita terima? Semua tergantung dari aksi apa yang kita lakukan. Dalam pengertian lain, apapun yang kita lakukan akan menghasilkan reaksi yang berbeda-beda, bisa baik bisa buruk. Bisa mendatangkan kemujuran bisa pula mendatangkan kemalangan. Sekali lagi, tergantung dari apa yang kita perbuat dan bagaimana kita mengantisipasinya.

Penganalisaan untuk semua bentuk-bentuk perubahan ini tertuang dengan gamblang di dalam I Ching. Asal saja kita mau mendalami dan menekuni I Ching dengan sungguh-sungguh, kita akan dapat dengan mudah membuat perhitungan yang matematis untuk memprediksikan tentang apa yang akan terjadi kelak.

Tak kepalang tanggung, Kong Fu Zi (Khong Hu Cu) seorang filusuf besar , yang oleh komunitas tertentu di posisikan sebagai Nabi Agung, dalam salah satu ujarnya ada mengatakan:

"Bila Thian (baca:Tuhan) berkenan memperpanjang usiaKu setahun untuk memberikan kesempatan padaKu mendalami Kitab I Ching maka selanjutnya Aku pasti dapat menghindari kesalahan besar."


Seperti halnya BMG memprediksikan ramalan cuaca, begitulah I Ching mengupas setiap proses dari bentuk - bentuk perubahan. Melalui data atas aksi yang kita lakukan, dipadukan dengan elemen alam yang sedang berkuasa, munculah suatu perhitungan yang merumuskan tentang apa yang akan terjadi. Bukan klinik, bukan mistik, bukan pula ramalan tahayul, tapi perhitungan matematis Ilmiah Timur, yang oleh kalangan Barat tidak diakui sebagai sesuatu yang ilmiah.

Jika kita menyelami lebih jauh tentang I Ching, semakin kita dalami akan semakin kita temukan hal-hal yang fenomenal. Banyak hal yang kita hayati sebagai sesuatu yang tak mungkin tapi menjadi mungkin dan logis begitu kita telaah dalam logika matematis I Ching.

Konsep dasar yang dibangun dalam pemahaman I Ching ini, mengandung hal-hal faktual yang tak bisa kita pungkiri kebenarannya. Dari dulu sejak diperkenalkan oleh Fu Xi sampai ke zaman millenium sekarang ini, butir-butir pemikiran Fu Xi yang tertuang dalam I Ching terbukti benar adanya, tak terbantahkan.

Bagaimana mungkin ....?

Okey, marilah kita simak konsep perubahan yang dicanangkan di dalam I Ching, yang merupakan butir-butir pemikiran otentik seorang Fu Xi, sbb:

Hakekat Perubahan meliputi fenomena faktual , berupa pemahaman bahwa;

Semua yang terkondisikan pasti akan mengalami perubahan.

Tidak ada sesuatu yang kekal selain hukum perubahan itu sendiri, termasuk benda mati sekalipun. Kita contohkan saja, sebuah batu besar yang diletakkan di taman lalu biarkan jangan disentuh, jangan di apa-apakan. Setelah didiamkan selama, katakanlah, 6 bulanan, akankah batu itu berubah? Jawabnya ya. Apanya yang berubah? Ya, paling tidak warna permukaan atas dan bagian bawahnya pasti sudah berubah. Yang atas semakin terang memutih karena sering terkena siraman cahaya matahari, sementara yang bawahnya malah tambah gelap dan mungkin juga mulai berjamur. Batu besar yang tak disentuh manusiapun ternyata tetap saja mengalami suatu proses perubahan. Apalagi kalau harus berbenturan dengan sentuhan atau pengrusakan oleh manusia pasti akan semakin kompleks efek perubahannya.

Ada yang terkondisikan sebagai sesuatu yang mudah sekali berubah.

Seperti halnya angin, awan, air, formasi pasir di gurun, pikiran, perasaan hati, emosi manusia serta naluri/insting binatang dan semua benda yang bergerak

Ada yang terkondisikan sebagai sesuatu yang mengalami perubahan total.

Seperti telur - ulat - kepompong kupu-kupu; telur - kecebong - kodok; benih janin- embrio- bayi, dan lain semacamnya.

Ada sesuatu yang selalu berubah dengan pola yang tetap.

Seperti halnya Matahari yang selalu terbit di Timur tenggelam di Barat. Bumi dan Planet lainnya yang bergerak mengelilingi Matahari. Bulan yang berevolusi mengelilingi Bumi. Gerakan Bumi yang berotasi pada porosnya. Angin yang selalu mengalir ke daerah tekanan udara yang lebih rendah. Air yang selalu mengalir ke bawah. Api yang selalu bergerak ke atas. Tunas pohon yang selalu tumbuh mengarah ke sumber masuknya cahaya matahari. Setiap benda yang dilempar ke atas pasti akan turun ke bawah, dan fenomena sejenis lainnya.

Ada pula yang selalu berubah-ubah.

Seperti kumpulan gambaran awan yang berarak, bunglon yang selalu berubah warna mengikuti warna yang ada di dekatnya, fatamorgana yang memantulkan aneka cahaya berlain-lainan tergantung dari sudut mana kita melihatnya, deburan ombak yang menghantam ke pantai, arah tiupan angin, dan model sejenis lainnya.

Apa yang di konsepkan di atas, sampai sekarang hal-hal tersebut tetap berlangsung seperti itu. Hakekat Hukumnya tetap, tidak ada yang berubah. Tidak terbantahkan, semua benar dan faktual adanya.

Dengan dalih pemahaman seperti diatas, I Ching menjabarkan semua fenomena perubahan tersebut ke dalam bentuk-bentuk dan konfigurasi elemen. Tidak ada satupun fenomena alam maupun benda - benda di sekitar kita yang tidak terwakili ke dalam pengelompokan elemen Wu Xing (Lima Elemen) '

Wu Xing yang terurai menjadi sepuluh karena pengaruh Yin dan Yang, saling berinter aksi satu dengan lainnya. Begitu juga terhadap elemen faktor langit, faktor bumi dan faktor manusia itu sendiri, semua berstimulasi sesuai hukum-hukum kodratinya. Pergeseran yang terjadi dari setiap interaksi elemen inilah yang memunculkan suatu reaksi perubahan demi perubahan.

Karena faktor kejiwaan manusia, aktivitas manusia, kondisi situasional alam lingkungan, siklus perubahan elemen tahunan, bulanan, harian dan jam, semuanya terpolarisasi dalam penjabaran elemen. Maka perhitungan interaksi elemen berarti merupakan perhitungan terhadap proses perubahan. Dan sekaligus juga bisa kita jadikan sebagai sarana antisipatif menghadai segala kemungkinan yang akan terjadi.

Demikian kurang lebih sedikit gambaran atau penyederhanaan dalam memahami hakekat dari nilai-nilai fenomenal I Ching. Sepintas, pengenalan ini serasa sulit untuk dipahami tapi bila kita mempelajarinya dalam kelas pembelajaran I Ching, semua menjadi lain. I Ching menjadi suatu ilmu metafisika yang menarik untuk dipelajari dan mudah dihayati bagi mereka yang sungguh-sungguh mau mempelajarinya